Twig Bundle dari Gulma Kering dan Ranting

Pada diskusi kali ini kita akan membahas twig bundle fire sebab itu sangat berkaitan dengan keterampilan dasar dalam membuat api di alam bebas. Metode ini memanfaatkan bahan-bahan alami yang sering ditemukan di hutan tropis atau temperate, seperti gulma kering dan ranting, untuk membentuk bundel yang bisa digunakan sebagai tinder dan kindling sekaligus. 

Hamparan Gulma Kering
Untuk lebih memahami metode ini, mari kita telaah dan mulai membicarakan langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Pemilihan Bahan:

  • Gulma Kering dan Ranting: Setelah melewati musim dingin atau di daerah yang lebih lembab seperti hutan tropis saat musim kemarau, gulma mati dan ranting-ranting kering sangat mudah ditemukan. Gulma kering biasanya ditemukan dalam keadaan berserakan di lantai hutan. Bahan ini sangat ideal untuk membuat api karena mudah terbakar dan memiliki tekstur yang memungkinkan udara masuk di antara serat-seratnya, memaksimalkan aerasi.
  • Pengolahan Material: Untuk membangun twig bundle, Anda harus mengumpulkan gulma dan ranting sebanyak mungkin dan memprosesnya. Ini bisa dilakukan dengan memisahkan material menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian menyatukannya dalam bentuk bundel seperti sapu ijuk. Pastikan ada variasi dalam ukuran ranting dan gulma yang digunakan; ini membantu dalam mempertahankan nyala api.

2. Teknik Membuat Twig Bundle:

  • Setelah mengumpulkan ranting dan gulma kering, ikat bundel dengan tidak terlalu rapat untuk memastikan adanya ruang udara di antara material. Udara akan membantu proses pembakaran dan menjaga api tetap menyala.
  • Bagilah bundel menjadi dua atau lebih bagian, dan biarkan beberapa ujung gulma atau ranting terbuka. Hal ini memastikan bahwa api memiliki beberapa titik awal yang memungkinkan api merambat dengan cepat.

3. Teknik Menyalakan Api:

  • Gunakan pemantik api seperti korek BIC, yang sebelumnya telah dibahas. Pemantik ini ideal karena dapat dengan mudah digunakan di kondisi outdoor. Sebelum menyalakan api, pastikan bahwa aturan praktis untuk pemantik api dipatuhi: jika api tidak menyala dalam lima detik, evaluasi kembali bahan atau teknik yang digunakan.
  • Saat menyalakan bundel, fokuslah pada bagian teratas api (sekitar 1,5 hingga 3 cm dari dasar pemantik api). Ini adalah area dengan nyala api terkuat yang akan memudahkan penyalaan bahan di dalam bundel. Berikan sedikit ruang antara pemantik dan bundel agar api dapat merambat dengan baik.

4. Penanganan Setelah Api Menyala:

  • Begitu api mulai menyala, segeralah sebarkan bundel ke dalam perapian utama. Api dari bundel ranting ini akan bertindak sebagai kindling yang akan membakar material yang lebih besar seperti kayu bakar.
  • Teknik ini sangat bergantung pada kemampuan untuk menjaga aerasi dalam bundel dan memastikan semua bahan benar-benar kering.

5. Keterampilan Praktis membuat twig bundle fire :

Twig bundle fire

  • Kunci sukses dari twig bundle fire adalah pengolahan dan persiapan material. Pengalaman dalam memproses bahan seperti gulma dan ranting akan sangat meningkatkan kemampuan seseorang dalam menyalakan api dengan cepat dan efisien. Penguasaan teknik ini, terutama di kondisi tropis di mana kelembaban bisa menjadi tantangan, akan menjadi keahlian yang berharga.
  • Keterampilan ini juga mengajarkan bagaimana menggunakan sumber daya yang tersedia di alam secara bijaksana dan bagaimana memanfaatkan alat sederhana seperti korek api BIC dengan optimal.

Golden Rule: Dalam penggunaan korek api BIC, prinsip konservasi sangat penting diterapkan untuk menjaga ketahanan alat, terutama dalam skenario survival. Ketika Anda menyalakan korek, mulailah dengan menghitung dari 1 hingga 5. Ini bertujuan agar korek api tidak digunakan secara berlebihan, yang dapat menyebabkan mesin menjadi terlalu panas. Jika mesin terlalu panas, ada risiko bagian plastiknya meleleh, yang bisa merusak korek api dan menyebabkan masalah tambahan yang tidak diperlukan, seperti korek api menjadi tidak berfungsi ketika sangat dibutuhkan.

Selain itu, menyalakan api dengan penghitungan ini juga memberikan waktu untuk memastikan bahwa api mulai menyala dengan baik pada material yang digunakan (dalam hal ini bundel ranting atau gulma kering), sehingga efisiensi penggunaan bahan dan alat tetap terjaga.